IBADAH HAJI IBADAH YANG UNIK
(Halaqah Kajian Islam 16 Maret
2003)
Pengasuh : H. Mukhlisin Muzarie
$
وإذبوأنا لابراهيم مكان البيت أن لاتشرك بى شيئا وطهر بيتى للطائفين
والعاكفين والركع السجود
“ Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat
kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “janganlah kamu
mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi
orang-orang yang thawaf dan orang-orang yang beribadat serta orang-orang yang
ruku’ dan sujud ” (QS Al-Hajj, 22 : 26)
1. Sejarahnya
Nabi Ibrahim bersama Nabi
Isma’il as membangun Ka’bah dengan tujuan untuk dijadikan pusat ibadah kepada
Allah SWT. Pada saat itu dunia sangat gelap, manusia tidak mengenal Tuhannya
dan kebanyakan mereka menyembah benda-benda mati (berhala). Setelah selesai
pembangunannya Nabi Ibrahim menyeru kepada segenap manusia agar menyembah Tuhan
Yang Maha Esa dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah sesuai demgan ajaran
tauhid yang bersih tanpa unsur-unsur animisme dan dinamisme (syirik). Manusia
berdatangan dari berbagai pelosok ada yang berkendaraan dan ada yang berjalan
kaki untuk melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ajaran tauhid tersebut. Lama
kelamaan agama Nabi Ibrahim tersebar di seluruh tanah Arab dan orang-orang dari
berbagai kabilah berdatangan ke tempat ini (baitullah) pada setiap tahun dalam
rangka memenuhi seruan Nabi Ibrahim.
Setelah lama masanya berlalu
masyarakat melupakan ajaran Nabi Ibrahim dan menggelar kembali upacara-upacara
keagamaan yang berbau syirik, bid’ah dan khurafat. Pada masa Rasulullah SAW
terdapat 360 berhala yang besar dan kecil termasuk Laata, Uzza dan Manat yang
ditempatkan di sekeliling ka’bah dan disembah-sembah oleh berbagai kabilah
tersebut. Mereka membuat saji-sajian dan menyembelih kurban untuk berhala serta
melakukan thawaf di sekeliling ka’bah dengan talanjang bulat. Ketika Islam
sudah kuat dan suku-suku bangsa Arab sudah banyak yang memeluk agama ini,
Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji yang diikuti oleh 110.000 orang
sahabat. Rasulullah SAW memberikan bimbingan dan petunjuk kepada para sahabat
bagaimana cara melaksanakan ibadah haji yang benar sesuai dengan agama Nabi
Ibrahim. Beliau selalu memberikan petunjuk dengan sabdanya :
خذوا عنى مناسككم
“Ambillah pelajaran
dari padaku tentang pelekasanaan ibadah haji kamu sekalian”
1. Keunikan
Ibadah Haji
Baik Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Saudi
Arabia pada setiap tahun selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
terhadap tamu-tamu Allah (jamaah haji) mulai dari pendaftaran sampai
pemberangkatan dan pemulangan, segala upaya dilakukan dan semua tenaga dari
instansi terkait di daerah dan di tingkat pusat dikerahkan Tujuannya agar
seluruh jamaah dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna, mudah, aman, dan
yaman. Namun kenyataannya pada setiap tahun selalu menghadapi permasalahan yang
serius, baik yang menyangkut akomodasi (pemondokan) maupun transportasi
(angkutan). Pelayanan haji tahun 2003 sekarang ini banyak orang menilai sebagai
pelayanan haji yang terburuk sepanjang sejarah perhajian. Pasalnya menyangkut
kebijaksanaan Pemerintah Arab Saudi yang dianggap lebih merepotkan, terutama
kepada Penyelenggara Haji Khusus (ONH Plus). Akibatnya banyak jamaah haji
khusus yang seharusnya mendapat pelayanan prima terdampar di tempat-tempat
persinggahan sementara berhari-hari lamanya, bahkan ada yang tertahan
kepulangannya berminggu-minggu di Arab Saudi. Selain itu Pemerintah Arab Saudi
menerapkan sistem Taraddudi (shuttle bus) dalam ARMINA (Arafah,
Muzdalifah, Mina). Yaitu jamaah di krangkeng sebanyak lima puluh-lima puluh kemudian diangkut dari
Arafah ke Muzdalifah. Bis tersebut kembali ke Arafah untuk mengangkut jamaah
berikutnya sampai habis. Setelah tengah malam jamaah dari Muzdalifah baru
diangkut ke Mina dengan cara bergiliran sesuai dengan urutan yang disepakati
dalam rapat Ketua-Ketua Kloter bersama maktab. Waktu yang direncanakan pukul
23.00 WAS (Waktu Arab Saudi) seluruh
jamaah sudah berada di Muzdalifah. Dan sesudah pukul 24.00 jamaah segera
diangkut ke Mina hingga pukul 05.00 seluruhnya sudah berada di Mina. Sistem Taraddudi
ini diterapkan dengan tujuan agar seluruh jamaah haji dapat mabit di Muzdalifah
dengan sempurna, tidak sperti sebelumnya banyak jamaah yang belum tengah malam
sudah melintasi Muzdalifah, bahkan sudah berada di Mina. Putaran pertama
(Arafah Mina) tampak berhasil dengan baik, perjalannya lancar. Tetapi putaran
kedua gagal total, setiap maktab yang menurut pengakuannya menyiapkan 20 shuttle
bus (bis yang bertugas bolak-balik) untuk mengangkut 2800 jamaah (setiap
maktab menampung 7 kloter) hingga pk 04.30 hanya 5 kali angkutan. Penulis
sendiri (TPIHI kloter 17/JKS) belum kebagian giliran, maka segera mengambil
inisiatif mengumpulkan ketua-ketua rombongan
dan para pembimbing dari KBIH untuk
mengambil keputusan “berjalan kaki” dari Muzdalifah ke Mina. Setelah
mendapat kesepakatan dan melakukan shalat shubuh (pk. 05.40) jamaah berangkat
berjalan kaki lebih kurang 9 km menuju ke Mina. Ketua-ketua kloter yang lain
bersama dengan karu-karomnya ternyata mengambil keputusan yang sama, mereka
berjalan kaki semua karena tidak ada bus angkutan yang dijanjikan oleh
maktabnya masing-masing. Dengan demikian seluruh jalur taraddudi dipenuhi oleh
orang-orang yang berjalan kaki hingga tidak ada tempat bagi bus-bus maktab yang
bertugas mengangkut jamaahnya. Jamaah tercecer dan banyak yang tersesat hingga
hari berikutnya belum ketemu dengan kemah maktab. Di sinilah jamaah kelelahan
dan banyak yang sakit bahkan ada yang wafat di jumroh Aqobah.
Sebenarnya masalah-masalah
perhajian pada setiap tahun selalu muncul. Kendati Pemerintah salalu berusaha
mengatasinya, tetapi masalahnya selalu berbeda-beda. Masalah tahun ini tidak
sama dengan masalah tahun kemarin, dan masalah tahun yang akan datang saya
yakin tidak sama dengan masalah yang dihadapi pada tahun ini. Oleh karena itu
perlu disadari bahwa ibadah haji adalah ibadah yang penuh dengan perjuangan
(jihad). Mulai dari mencari biaya perjelanan sampai pada rebutan quota,
terlebih lagi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan perjalanan yang
keseluruhannya bernilai ibadah, jelas memerlukan pengorbanan harta dan tenaga,
bahka pengorbanan jiwa. Demikian analisis pisik perhajian seolah-olah sebuah
perjalanan yang mengerikan, tetapi secara rohaniyah perjanan ibadah haji adalah
sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan. Segala kenikmatan yang dirasakan
selama melaksanakan ibadah ini sangat sulit untuk diceritakan pada orang lain,
betapa nikmatnya dan betapa indahnya ibadah haji, tidak mapulah kata-kata untuk
melukiskannya. Jika tidak percaya, tanyakanlah kepada jamaah yang sudah datang
dari tanah suci, maukah anda berangkat lagi? Pasti jawabnya mau dan ingin
sekali untuk berangkat lagi. Ini uniknya ibadah yang satu ini.
3. Keuntungan Ibadah Haji
Secara teologis pelaksanaan
ibadah haji membawa keuntungan yang besar. Banyak riwayat yang menerangkan
tentang keutamaan ibadah haji ini, antara lain :
a. Kedudukannya sebagai rukun Islam yang ke lima (HR Bukhari). Artinya sebagai pengamalan
Islam yang tinggi kedudukannya setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Diriwayatkan bahwa QS Al-Ma’idah, 5 : 3 yang menyatakan bahwa agama Islam telah
sempurna, diturunkan di padang
Arafah ketika Rasulullah sedang wukuf bersama dengan para sahabatnya (pada
waktu haji wada’). Ini mengisyaratkan bahwa ibadah haji (di Arafah) merupakan
ibadah yang tinggi nilainya dalam Islam.
b. Pelaksanaannya diberi bobot yang sama dengan jihad (jihad
al-kabier wa al-dla’if wa al-mar’ah)
c. Dosa-dosanya diampuni (HR al-Hakim), bersih seperti dilahirkan
kembali (HR Bukhari-Muslim). Setiap orang mempunyai kesalahan dan dosa. Ia
datang ke tanah suci dengan membawa sejumlah dosa dan mohon pengampunan. Allah
berjanji melalui Nabi-Nya bahwa orang-orang yang datang di bumi Arafah (wukuf) akan
diampuni segala dosanya. Betapa agungnya Allah dan betapa tingginya nilai
ibadah haji.
d. Nafkahnya disamakan dengan infaq fie sabilillah (al-hadits). Infaq
fie sabilillah diterangkan dalam Al-Qur’an (QS, 2 : 261-262) diumpamakan dengan
menanam sebutir benih yang tumbuh tujuh tangkai, masing-masing tangkai berisi
seratus biji, bahkan dilipat gandakan tak terhingga.
e. Balasannya surga (al-hajj al-mabrur laisa
lahu jaza’un illa al-jannah)
f. Segala biaya akan diganti oleh Allah (al-hadits)
g. Pahala ibadahanya dilipat gandakan (di Masjidil Haram X 100.000 dan
di Masjid Nabawi X1000/ hadits shahih)
h. Mendapatkan tempat-tempat mustajabah (di Multazam, Maqam Ibrahim,
Hijir isma’il, Raudhah, Arafah, Muzdalifah, Mina dan lain-lainnya
i. Mendapat pengalaman yang
yang berharga (terutama di tempat-tempat bersejarah)
j. Hatinya bertambah sakinah, bertambah tenteram dan damai.